Selasa, 14 Oktober 2008

BLI Kabulkan Keberatan Persib

Badan Liga Indonesia (BLI) akhirnya mengambil jalan tengah untuk menyelesaikan kisruh soal penunjukan Persib Bandung sebagai tuan rumah terlebih dahulu saat menghadapi PSM Makassar, 26 Oktober 2008. Pertandingan ini pada awalnya dijadwalkan berlangsung di Makassar, namun tidak bisa digelar karena PSM yang mestinya bertindak sebagai tuan rumah tidak mendapatkan izin dari pihak kepolisian setempat, terkait adanya proses pemilihan kepala daerah (pilkada).

"Setelah kita tetapkan Persib sebagai tuan rumah dulu, ternyata mereka juga menyatakan keberatan, karena alasan belum mengantongi izin. Karena pertandingan tersebut tidak bisa dilaksanakan di Bandung dan Makassar, kita putuskan mengundurkan pertandingan itu ke bulan November," kata Direktur Kompetisi BLI, Joko Driyono, menjawab pertanyaan "GM" tentang nasib duel PSM-Persib itu, melalui telepon selulernya, Senin (13/10).

Dijelaskan Joko, kendati sudah diputuskan untuk diundur, namun sejauh ini BLI belum memutuskan waktu pelaksanaannya. "Soal waktunya memang masih tentatif. Tapi, pertandingan PSM melawan Persib itu akan digelar antara tanggal 11 dan 12 November. Tapi, untuk tanggal 11 November, katanya Persib keberatan," tandas Joko.

Selain mengundurkan waktu pertandingan, BLI juga memutuskan untuk mencabut surat ketetapan sebelumnya yang menunjuk Persib sebagai tuan rumah terlebih dahulu.

Masih rugi

Kendati keberatannya sudah dikabulkan BLI, namun pelatih Jaya Hartono mengatakan, Persib tetap merasa dirugikan atas pengunduran jadwal pertandingan melawan PSM itu. Di mata Jaya, pertandingan itu tetap dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober di tempat netral, karena di Makassar ada pilkada.

"Kalaupun diundur, kita tetap rugi. Paling tidak, kalau diundur, PSM sudah bisa tampil di Makassar dengan dukungan penuh suporternya. Karena itu, kalau saya boleh memilih, sebaiknya pertandingan itu tetap digelar tanggal 26 Oktober di luar Makassar. Bisa di Surabaya, Sidoarjo atau di mana pun terserah," kata Jaya, sambil tersenyum.

Kendati demikian, Jaya mengaku tidak bisa berbuat banyak dan pasukannya harus siap bertempur di mana pun, jika hal itu sudah menjadi keputusan BLI.